Wakil Bupati Yulianus saat memberikan sambutan pada kegiatan pelatihan. (Foto : Gonzales)
Labuan Bajo, Info Publik,-
Untuk menangani kasus stunting di Kabupaten Manggarai Barat, sedikitnya ada empat poin penting yang mesti di perhatikan. Empat poin ini akan menjadi dasar untuk mengetahui secara valid akan penyebab berikut jumlah kasus stunting yang terjadi.
Hal itu di sampaikan. Wakil Bupati Manggarai Barat, dr. Yulianus Weng, saat membuka kegiatan Pelatihan Deteksi Dini Masalah Gizi dan Stunting bagi tenaga kesehatan dan tokoh agama di Kabupaten Manggarai Barat, Selasa (20/2) di Aula Dinkes Kabupaten Manggarai Barat.
Empat poin penting itu demikian Wabup Yulianus, Pertama, alat timbang yang di gunakan. Untuk mengukur bayi harus menggunakan alat yang standar yakni antropometri/dacing digital. Diharapkan untuk tidak lagi menggunakan dacing biasa, sebab sangat mempengaruhi keakuratan hasilnya. Apalagi kini alat antropometri sudah di sediakan di setiap Puskesmas, sehingga harus menggunakan alat tersebut.
Kedua, Personil yang melakukan pencatatan. Saat melakukan penimbangan dan pengukuran bayi, pencatatan harus di lakukan oleh tenaga kesehatan atau minimal oleh kader kesehatan yang telah mengikuti pelatihan.
“Pencacatan ini sangat penting di lakukan oleh orang yang berkompeten dan di harapkan untuk tidak di lakukan oleh sembarang orang, karena data yang di sampaikan harus benar-benar akurat, jangan karang -karang, harus catat apa adanya,” tegas Wabup Yulianus.
Ketiga, data yang di sampaikan harus rill, sesuai dengan kondisi di lapangan, baik mengenai panjang maupun berat badan bayi.
Keempat, harus memiliki data yang jelas, baik mengenai nama dan alamat bayi yang ada di setiap desa.
Diakui Wabup Yulianus, untuk mengintervensi terhadap penanganan stunting di Kabupaten Manggarai Barat dari porsi tenaga kesehatan hanya 30 persen. Sedangkan untuk 70 persen di lakukan oleh berbagai sektor lainya.
Mengingat intervensi terhadap stunting 70 persen di lakukan.di luar tenaga kesehatan, maka di lakukan kegiatan pelatihan untuk menangani stunting dan gizi yang melibatkan berbagai sector, baik dari instansi Pemerintah maupun tokoh masyarakat dan agama.
"Peran dan intervensi tenaga kesehatan dalam menangani masalah stunting hanya 30 persen, sedangkan 70 persen di lakukan oleh berbagai pihak di luar tenaga kesehatan, sehingga USAID ERAT bersama UNICEF melaksanakan kegiatan, Pelatihan deteksi Dini Masalah Gizi dan Stunting bagi Tenaga Kesehatan dan Tokoh Agama Kabupaten Manggarai Barat" ujar mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai ini.
Sementara itu, Fransisca Sugi, Program Koordinator USAID NTT dalam kesempatan yang sama mengatakan, USAID ERAT bekerjasama dengan UNICEF dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat melakukan kegiatan penguatan kapasitas dan pemberdayaan orang dengan pendekatan keluarga dan kelas pengasuhan bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Pelaksanaan pelatihan deteksi dini stunting dilaksanakan bersama tokoh agama terlatih akan mengajarkan kepada pengasuh/ibu/anggota keluarga lainnya tentang deteksi dini stunting dan cara pengukuran mandiri dan didesain untuk membantu proses rujukan balita berisiko.
Setelah kegiatan pelatihan ini, akan dilanjutkan dengan dokumentasi, monitoring dan evaluasi, pertemuan koordinasi dan workshop.
Secara umum, tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan peserta tentang pentingnya peran pemberdayaan masyakarat khususnya melalui deteksi dini stunting.
Diakui Ibu Siska, peran Dinas Kominfo yang juga hadir dalam kegiatan ini, juga sungguh sangat penting, dalam mempublikasikan mengenai kasus stunting dan upaya intervensi yang di lakukan melalui media yang ada baik melalui Website Kabupaten Manggarai Barat, halaman Facebook Kominfo dan Media lainya. (Gonsa/Frumen/Tim IKP Kominfo Mabar)
Editor : Ferdy Jemaun