Labuan Bajo, Kominfo.
Seteleh pagelaran KTT ASEAN SUMMIT selesai, Kementarian BUMN melanjutkan kegiatan di Labuan Bajo, dengan menggelar festival budaya Rumah BUMN. Dalam festival yang digelar di Waterfront City itu, ikut dipamaerkan selembar kain khas NTT yang dijual dengan harga sangat mahal, yakkni Rp. 150 juta.
Kain khas NTT itu memiliki corak Sumba. Setelah dibentang, diketahui panjangnya mencapai 7 meter dengan lebar 1,5 meter.
Ignasius Apu Karanjawa, Ketua UMKM Gading Haumara yang juga pelaku Pariwisata asal Sumba Timur, yang memajang kain itu mejelaskan bahwa kain khas itu adalah kain tenun Ingi Komburohubanggi. Kain tenun asal Sumba Timur.
“Ini kain dari Sumba Timur. Usia motifny sudah tua sekali. Berkisar antara 80 hingga 100 tahun,” jelas Ignasius kepada media di arena pameran di Waterfront City, Jum’at (12/05).
Selain berusia sangat tua, kain tenun itu juga memiliki nilai sejarah dan nilai budaya yang tinggi.
“Kain tenun ini memiliki nilai budaya yang sangat tinggi bagi orang Sumba,” aku Ignasius.
Pada zaman dahulu, lanjut Ignasius, kain tenun ini di manfaatkan sebagai perisai dan sabuk pengaman bagi seorang pendekar atau pejuang yang hendak melakukan perang tanding antara suku. Kain ini di balut pada badan pendekar untuk menahan senjata tajam, sehingga tidak mengenai badan,” jelasnya.
Karena usia motifnya yang sangat tua dan kandungan nilai budaya dan nilai sejarah yang tinggi, maka nilai harga dari kain ini dipatok sangat mahal, yakni Rp, 150 juta.
“Kami menjualnya dengan harga 150 juta. Mahal memang. Tapi nilai sejarahnya tinggi,” aku Ignasius.
Kain ini dipajang tidak hanya pada kegiatan festival budaya Rumah BUMN. Tapi pada kegiatan Side Event KTT ASEAN, kain itu juga dipajang untuk dijual.
Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, kain itu belum laku terjual. (Frumen-MC Manggarai Barat/Tim IKP Kominfo Mabar)